Kana Momonogi menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga dengan penuh tanggung jawab. Setiap pagi ia menyiapkan sarapan, merapikan rumah, dan menunggu suaminya pulang dari kantor. Namun, seiring waktu, perhatian sang suami mulai memudar—sibuk dengan pekerjaan, sering pulang larut, dan jarang berbicara hangat dengannya. Meski terkadang merasa kesepian, Kana berusaha tetap tegar. Untungnya, ia tinggal bersama ayah mertuanya yang sudah pensiun. Tidak seperti suaminya yang dingin, sang mertua justru hangat, sering mengajaknya mengobrol, membantu di dapur, atau sekadar menemaninya minum teh di sore hari.
Hari demi hari, hubungan Kana dengan ayah mertuanya pun menjadi semakin akrab. Mereka berbagi cerita tentang kehidupan, saling mendengarkan, dan saling menghargai. Kana merasa kehadiran ayah mertuanya menjadi penyejuk di tengah kesendiriannya, dan ia mulai menemukan kembali kebahagiaan kecil dalam interaksi sederhana di rumah. Bukan karena mencari pengganti perhatian suami, tapi karena ia merasa dihargai sebagai individu. Dalam kehangatan dan penghargaan itulah, Kana menyadari bahwa kedekatan keluarga tidak selalu datang dari pasangan, tapi bisa tumbuh dari orang lain yang juga tulus memperhatikannya.
